Tafsir al baqarah ayat 184-185
TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 184-185
“PUASA RAMADHAN”
Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : TAFSIR
Dosen Pengampu : ErkhamMaskuri, Lc, M.Si
Disusun oleh :
Anisa Rizky Nur Fitriana (63020170021)
Aliyatul Ma’rifa (63020170030)
Ummu Mazi’ah (63020170120)
PROGRAM STUDI (S1) EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR i
Daftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Surat Al Baqarah Ayat 184 3
B. Surat Al BaqarahAyat 185 4
C. Tafsir Ayat Secara Umum / Kandungan Ayat 4
BAB III PENUTUP 4
A. Kesimpulan 4
DAFTAR PUSTAKA 4
LAMPIRAN 4
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Puasa di bulan ramadhan adalah salah satu dari lima rukun islam. Dalam bahasa arab puasa disebut shiyam atau shoum yang artinya adalah menahan. Dalam syara’ telah dijelaskan bahwa shiyam adalah menahan diri dari hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. DemimejunjungtinggiperintahAllah, maka setelah nenek moyang kita masuki islam dipakailah kata puasa menjadi arti dari kata shiyam. Karena memang sejak agama yang dipeluk terlebih dahulu peraturan puasa itu telah ada juga.
Perintah kewajiban puasa bagi umat islam didalam kitab suci Al quran setidaknya telah tertulis secara jelas pada ayat dari surat al baqarah yaitu ayat 183 sampai dengan 185.
Pada ayat 184 diterangkan hari-hari tertentu untuk menjalankan puasa sebagaimana yang telah diwajibkan berpuasa pada ayat sebelumnya yaitu ayat 183. Kemudian pada ayat 185 barulah dijelaskan bahwa beberapa hari tertentu tersebut adalah bulan Ramadhan. Sehingga jelaslah bagi kita kaum muslimin mengenai kewajiban puasa Ramadhan.
Pada kesempatan kali ini, kami para pemakalah akan mencoba membahas mengenai kandungan ayat atau tafsir secara umum dalam surat Al baqarah ayat 184-185 khususnya yaitu tentang kewajiban puasa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
Bagaimana bunyi surat al baqarah ayat 184-185?
Apa yang melatar belakangi turunnya surat al baqarahayat 184-185?
Bagaimana ma’na mufrodat surat al baqarah ayat 184-185 ?
Bagaimana tafsir secara umum surat al baqarah ayat 184-185 ?
Tujuan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
Untuk mengetahui bunyi surat al baqarah ayat 184-185
Untuk mengetahui hal yang melatarbelakangi turunnya surat al baqarah ayat 184-185.
Untuk mengetahui ma’na mufrodat surat al baqarahayat 184-185
Untuk mengetahui tafsir secara umum surat al baqarah ayat 184-185
BAB II
PEMBAHASAN
Surat Al Baqarah Ayat 184
Bunyi ayat al baqarah: 184
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Ma’na mufrodat
Asbabunnuzul
Ayat ini (Al-Baqarah:184) turun berkenaan dengan maula (budak yang telah dimerdekakan) yang bernama Qois Bin As Saib yang memaksakan diri untuk berpuasa padahal ia sudah sangat tua. Dengan turunnya ayat ini ia berbuka dan membayar fidyah dengan member makan orang miskin selama ia tidak berpuasa
Surat Al BaqarahAyat 185
Bunyi ayat al baqarah; 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Ma’na mufrodat
Asbabunnuzul
Telah menceritakan kepadaku Amru Bin Sawwad Al Amiri telah mengabarkan kepada kami Abdullah Bin Wahab telah mengabarkan kepada kami Amru Bin Harist dari Bukair Bin Al Sayaj dari Yazid maula Salamah Bin Al Akwa’ dari Salamah Bin Al Akwa’ bahwa ia berkata dulu ketika kami memasuki bulan ramadhan pada masa rasulullah SAW, siapa saja yang ingin maka ia akan berpuasa, siapa saja yang tidak suka maka ia akan berbuka dengan syarat dia akan membayar fidyah, peristiwa itu terus terjadi hingga turunnya ayat, “karena itu, barang siapa diantara kamu hadir dinegeri tempat tinggalnya dibulan itu, maka hendaklah dia berpuasa di bulan itu (QS Al Baqarah : 185) ” HR Muslim Hadist No 1932.
Tafsir Ayat Secara Umum / Kandungan Ayat
Surat Al Baqarah ayat 184 ini diawali oleh kalimat ayyamma’dudat (beberapa hari) sebagai keterangan bahwa puasa yang diwajibkan pada ayat 183 sebelumnya hanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu dan bukan untuk dilaksanakan setahun penuh, itu pun masih harus melihat kesehatan dan keadaan yang melakasanakannya. Oleh karena itu, selanjutnya Allah menjelaskan alasan bagi orang yang boleh tidak berpuasa, yaitu orang yang sakit dan sedang dalam perjalanan. Bila karena kedua alasan tersebut seseorang tidak berpuasa maka hendaknya ia mengganti puasanya pada bulan lain sebanyak hari yang ditinggalkannya.
Berkenaan dengan alasan sakit, para imam mensyaratkan yaitu sakit yang berat yang menyulitkannya untuk berpuasa. Dalam tafsir Al-Maraghiy, disebutkan bahwa Ibnu Sirin, Atha, dan Bukhari menyatakan bahwa semua sakit menjadi rukhsah untuk berbuka, karena banyak penyakit yang tidak menyulitkannya untuk berpuasa tapi membahayakan baginya dan memperparah sakitnya.
Sedangkan alasan dalam perjalanan, dalam ayat ini disebutkan dengan kata ‘ala (benar-benar) dalam redaksi‘alasafarin (benar-benar dalam perjalanan) yang mengindikasikan bahwa perjalanan yang dimaksud bukan perjalanan biasa yang mudah, dahulu perjalanan itu dinilai sejauh sekitar 90 KM sehingga ia berbuka, lalu wajib baginya untuk mengganti puasa-puasa yang ditinggalkannya tersebut pada hari lain baik berturut-turut maupun tidak.
Beberapa hari yang ditentukan di atas yakni dua puluh sembilan atau tiga puluh hari saja selama bulan Ramadhan. Bulan tersebut dipilih karena ia adalah bulan yang mulia, bulan yang didalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk menyangkut tuntutan yang berkaitan dengan aqidah dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dalam hal hukum-hukum syariat serta pembeda yang jelas antara yang hak dan yang batil. Bisa juga dikatakan, Al-Quran petunjuk bagi manusia dalam arti bahwa Al-Quran adalah kitab yang Maha Agung, sehingga secara berdiri sendiri ia merupakan petunjuk. Banyak nilai universal dan pokok yang dikandungnya, tetapi nilai-nilai itu dilengkapi lagi dengan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, yakni keterangan dan rinciannya.Wujud tuhan dan keesaan-Nya dijelaskan sebagai nilai utama dan pertama. Ini dijelaskan rinciannya bukan saja menyangkut dalil-dalil pembuktiannya tetapi sifat-sifat dan nama-nama yang wajar disanding-Nya. Al-Quran tidak hanya memerintahkan dan mewajibkannya, tetapi dijelaskan lebih jauh beberapa rician tentang bagaimana menerapkannya. Demikian Al –Quran mengandung petunjuk sekaligus penjelasan tentang petunjuk-petunjuk itu.
Penegasan bahwa Al-Quran yang demikian sifatnya diturunkan pada bulan Ramadahan mengisyaratkan bahwa sangat dianjurkan untuk membaca dan mempelajarinya selama bulan Ramadhan dengan tujuan agar memperoleh petunjuk serta memahami dan menerapkan penjelasan-penjelasan yang terkandung dalam Al-Quran.
Setelah jelas hari-hari tertentu yang diwajibkan puasa, lanjutan ayat ini menetapkan siapa saja yang wajib berpuasa, yakni; maka barang siapa diantara kamu hadir pada bulan itu (yakni berada di negeri tempat tinggalnya atau mengetahui munculnya awal bulan ramadhan) mengetahuinya ini bisa dengan melihat sendiri atau melalui informasi dari yang dapat dipercaya sedang dia tidak berhalangan dengan halangan yang dibenarkan agama, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.
Selanjutnya ayat ini mengulangi kembali penjelasan ayat yang lalu, yaitu barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditnggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Pengualngan ayat ini diperlukan agar tidak timbul kesan bahwa komentar yang menyusul izin pada ayat 184 tersebut yang berbunyi “berpuasa lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui” merupakan desakan dari Tuhan agar tetap berpuasa walau dalam kedaan perjalanan yang melelahkan, sakit yang parah atau bagi orang-orang yang telah tua. Hal ini tidak dikehendaki oleh Allah, maka diulangilah penjelasan ayat diatas, dan kali ini ditambah dengan penjelasan bahwa Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak mengehndaki kesukaran bagi kamu.
Keringanan untuk menggantikan puasa Ramadhan pada hari-hari lain dimaksudkan agar bilangan puasa 29 atau 30 hari dapat terpenuhi, karena itu lanjutan ayat diatas menyatakan dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah juga kamu mengangungkan Allah atas petunjuk Nya yang diberikan kepada kamu supaya kamu bersyukur.
Dengan ayat-ayat diatas jelas sudah kedudukan hukum puasa Ramadhan, keistimewaanya, dan manfaat serta masa dan bilangannya jelas juga siapa yang wajib melaksanakannya dan siapa pula yang diizinkan untuk tidak melaksanakan puasa serta bagaimana menggantinya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa puasa adalah suatu kewajiban yang memerlukan kesabaran. Allah dengan kemurahan Nya bermaksud memberi imbalan kepada yang melaksanakannya melaui hadis qudsi Nya yang berbunyi“ puasa untuk Ku dan Aku yang akan memberikan ganjarannya”. Untuk itu Allah menegaskan kedekatan Nya kepada hamba-hamba Nya, khususnya mereka yang berpuasa, dan menganjurkan kepada mereka agar banyak-banyak mengajukan permohonan dan harapan kepada Allah pada bulan Ramadhan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. 2000. TAFSIR AL MISBAH pesankesandankeserasian al Quran volume 1. Jakarta; LenteraHati.
Darajat, Zakiah, dkk. 1995. Ilmu Fikih. Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf
www.almuhajirin.ac.id/2014/07/08/tafsir-q-s-al-baqarah-ayat-184-185/
“PUASA RAMADHAN”
Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : TAFSIR
Dosen Pengampu : ErkhamMaskuri, Lc, M.Si
Disusun oleh :
Anisa Rizky Nur Fitriana (63020170021)
Aliyatul Ma’rifa (63020170030)
Ummu Mazi’ah (63020170120)
PROGRAM STUDI (S1) EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR i
Daftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Surat Al Baqarah Ayat 184 3
B. Surat Al BaqarahAyat 185 4
C. Tafsir Ayat Secara Umum / Kandungan Ayat 4
BAB III PENUTUP 4
A. Kesimpulan 4
DAFTAR PUSTAKA 4
LAMPIRAN 4
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Puasa di bulan ramadhan adalah salah satu dari lima rukun islam. Dalam bahasa arab puasa disebut shiyam atau shoum yang artinya adalah menahan. Dalam syara’ telah dijelaskan bahwa shiyam adalah menahan diri dari hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. DemimejunjungtinggiperintahAllah, maka setelah nenek moyang kita masuki islam dipakailah kata puasa menjadi arti dari kata shiyam. Karena memang sejak agama yang dipeluk terlebih dahulu peraturan puasa itu telah ada juga.
Perintah kewajiban puasa bagi umat islam didalam kitab suci Al quran setidaknya telah tertulis secara jelas pada ayat dari surat al baqarah yaitu ayat 183 sampai dengan 185.
Pada ayat 184 diterangkan hari-hari tertentu untuk menjalankan puasa sebagaimana yang telah diwajibkan berpuasa pada ayat sebelumnya yaitu ayat 183. Kemudian pada ayat 185 barulah dijelaskan bahwa beberapa hari tertentu tersebut adalah bulan Ramadhan. Sehingga jelaslah bagi kita kaum muslimin mengenai kewajiban puasa Ramadhan.
Pada kesempatan kali ini, kami para pemakalah akan mencoba membahas mengenai kandungan ayat atau tafsir secara umum dalam surat Al baqarah ayat 184-185 khususnya yaitu tentang kewajiban puasa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
Bagaimana bunyi surat al baqarah ayat 184-185?
Apa yang melatar belakangi turunnya surat al baqarahayat 184-185?
Bagaimana ma’na mufrodat surat al baqarah ayat 184-185 ?
Bagaimana tafsir secara umum surat al baqarah ayat 184-185 ?
Tujuan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
Untuk mengetahui bunyi surat al baqarah ayat 184-185
Untuk mengetahui hal yang melatarbelakangi turunnya surat al baqarah ayat 184-185.
Untuk mengetahui ma’na mufrodat surat al baqarahayat 184-185
Untuk mengetahui tafsir secara umum surat al baqarah ayat 184-185
BAB II
PEMBAHASAN
Surat Al Baqarah Ayat 184
Bunyi ayat al baqarah: 184
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Ma’na mufrodat
Asbabunnuzul
Ayat ini (Al-Baqarah:184) turun berkenaan dengan maula (budak yang telah dimerdekakan) yang bernama Qois Bin As Saib yang memaksakan diri untuk berpuasa padahal ia sudah sangat tua. Dengan turunnya ayat ini ia berbuka dan membayar fidyah dengan member makan orang miskin selama ia tidak berpuasa
Surat Al BaqarahAyat 185
Bunyi ayat al baqarah; 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Ma’na mufrodat
Asbabunnuzul
Telah menceritakan kepadaku Amru Bin Sawwad Al Amiri telah mengabarkan kepada kami Abdullah Bin Wahab telah mengabarkan kepada kami Amru Bin Harist dari Bukair Bin Al Sayaj dari Yazid maula Salamah Bin Al Akwa’ dari Salamah Bin Al Akwa’ bahwa ia berkata dulu ketika kami memasuki bulan ramadhan pada masa rasulullah SAW, siapa saja yang ingin maka ia akan berpuasa, siapa saja yang tidak suka maka ia akan berbuka dengan syarat dia akan membayar fidyah, peristiwa itu terus terjadi hingga turunnya ayat, “karena itu, barang siapa diantara kamu hadir dinegeri tempat tinggalnya dibulan itu, maka hendaklah dia berpuasa di bulan itu (QS Al Baqarah : 185) ” HR Muslim Hadist No 1932.
Tafsir Ayat Secara Umum / Kandungan Ayat
Surat Al Baqarah ayat 184 ini diawali oleh kalimat ayyamma’dudat (beberapa hari) sebagai keterangan bahwa puasa yang diwajibkan pada ayat 183 sebelumnya hanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu dan bukan untuk dilaksanakan setahun penuh, itu pun masih harus melihat kesehatan dan keadaan yang melakasanakannya. Oleh karena itu, selanjutnya Allah menjelaskan alasan bagi orang yang boleh tidak berpuasa, yaitu orang yang sakit dan sedang dalam perjalanan. Bila karena kedua alasan tersebut seseorang tidak berpuasa maka hendaknya ia mengganti puasanya pada bulan lain sebanyak hari yang ditinggalkannya.
Berkenaan dengan alasan sakit, para imam mensyaratkan yaitu sakit yang berat yang menyulitkannya untuk berpuasa. Dalam tafsir Al-Maraghiy, disebutkan bahwa Ibnu Sirin, Atha, dan Bukhari menyatakan bahwa semua sakit menjadi rukhsah untuk berbuka, karena banyak penyakit yang tidak menyulitkannya untuk berpuasa tapi membahayakan baginya dan memperparah sakitnya.
Sedangkan alasan dalam perjalanan, dalam ayat ini disebutkan dengan kata ‘ala (benar-benar) dalam redaksi‘alasafarin (benar-benar dalam perjalanan) yang mengindikasikan bahwa perjalanan yang dimaksud bukan perjalanan biasa yang mudah, dahulu perjalanan itu dinilai sejauh sekitar 90 KM sehingga ia berbuka, lalu wajib baginya untuk mengganti puasa-puasa yang ditinggalkannya tersebut pada hari lain baik berturut-turut maupun tidak.
Beberapa hari yang ditentukan di atas yakni dua puluh sembilan atau tiga puluh hari saja selama bulan Ramadhan. Bulan tersebut dipilih karena ia adalah bulan yang mulia, bulan yang didalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk menyangkut tuntutan yang berkaitan dengan aqidah dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dalam hal hukum-hukum syariat serta pembeda yang jelas antara yang hak dan yang batil. Bisa juga dikatakan, Al-Quran petunjuk bagi manusia dalam arti bahwa Al-Quran adalah kitab yang Maha Agung, sehingga secara berdiri sendiri ia merupakan petunjuk. Banyak nilai universal dan pokok yang dikandungnya, tetapi nilai-nilai itu dilengkapi lagi dengan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, yakni keterangan dan rinciannya.Wujud tuhan dan keesaan-Nya dijelaskan sebagai nilai utama dan pertama. Ini dijelaskan rinciannya bukan saja menyangkut dalil-dalil pembuktiannya tetapi sifat-sifat dan nama-nama yang wajar disanding-Nya. Al-Quran tidak hanya memerintahkan dan mewajibkannya, tetapi dijelaskan lebih jauh beberapa rician tentang bagaimana menerapkannya. Demikian Al –Quran mengandung petunjuk sekaligus penjelasan tentang petunjuk-petunjuk itu.
Penegasan bahwa Al-Quran yang demikian sifatnya diturunkan pada bulan Ramadahan mengisyaratkan bahwa sangat dianjurkan untuk membaca dan mempelajarinya selama bulan Ramadhan dengan tujuan agar memperoleh petunjuk serta memahami dan menerapkan penjelasan-penjelasan yang terkandung dalam Al-Quran.
Setelah jelas hari-hari tertentu yang diwajibkan puasa, lanjutan ayat ini menetapkan siapa saja yang wajib berpuasa, yakni; maka barang siapa diantara kamu hadir pada bulan itu (yakni berada di negeri tempat tinggalnya atau mengetahui munculnya awal bulan ramadhan) mengetahuinya ini bisa dengan melihat sendiri atau melalui informasi dari yang dapat dipercaya sedang dia tidak berhalangan dengan halangan yang dibenarkan agama, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.
Selanjutnya ayat ini mengulangi kembali penjelasan ayat yang lalu, yaitu barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditnggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Pengualngan ayat ini diperlukan agar tidak timbul kesan bahwa komentar yang menyusul izin pada ayat 184 tersebut yang berbunyi “berpuasa lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui” merupakan desakan dari Tuhan agar tetap berpuasa walau dalam kedaan perjalanan yang melelahkan, sakit yang parah atau bagi orang-orang yang telah tua. Hal ini tidak dikehendaki oleh Allah, maka diulangilah penjelasan ayat diatas, dan kali ini ditambah dengan penjelasan bahwa Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak mengehndaki kesukaran bagi kamu.
Keringanan untuk menggantikan puasa Ramadhan pada hari-hari lain dimaksudkan agar bilangan puasa 29 atau 30 hari dapat terpenuhi, karena itu lanjutan ayat diatas menyatakan dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah juga kamu mengangungkan Allah atas petunjuk Nya yang diberikan kepada kamu supaya kamu bersyukur.
Dengan ayat-ayat diatas jelas sudah kedudukan hukum puasa Ramadhan, keistimewaanya, dan manfaat serta masa dan bilangannya jelas juga siapa yang wajib melaksanakannya dan siapa pula yang diizinkan untuk tidak melaksanakan puasa serta bagaimana menggantinya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa puasa adalah suatu kewajiban yang memerlukan kesabaran. Allah dengan kemurahan Nya bermaksud memberi imbalan kepada yang melaksanakannya melaui hadis qudsi Nya yang berbunyi“ puasa untuk Ku dan Aku yang akan memberikan ganjarannya”. Untuk itu Allah menegaskan kedekatan Nya kepada hamba-hamba Nya, khususnya mereka yang berpuasa, dan menganjurkan kepada mereka agar banyak-banyak mengajukan permohonan dan harapan kepada Allah pada bulan Ramadhan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. 2000. TAFSIR AL MISBAH pesankesandankeserasian al Quran volume 1. Jakarta; LenteraHati.
Darajat, Zakiah, dkk. 1995. Ilmu Fikih. Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf
www.almuhajirin.ac.id/2014/07/08/tafsir-q-s-al-baqarah-ayat-184-185/
semoga bermanfaat
ReplyDelete